Majalah Time edisi 1 April menerjunkan laporan yang menyebutkan liburan ke Bali, bak liburan ke neraka, hanya dapat kesengsaraan terus menerus.
Adalah Andrew Marshall yang menulis dan membuat judul ‘Holiday in Hell: Bali’s Ongoing Woes’. Dia menyoroti Bali yang dulunya dianggap surga para wisatawan asing, kini sudah tidak lagi.
Yang mengejutkan, Andrew yang mewawancarai penjaga pantai Kuta, Wayan Sumerta, menyebutkan bahwa Pantai Kuta sudah tercemar berbagai bakteri dan plankton yang membusuk akibat adanya pencemaran pantai.
“Bagi orang dengan kulit sensintif, mandi di Pantai Kuta selama 30 menit saja bisa menyebabkan alergi kulit,” tulis Andrew di majalah tersebut. Dia juga menyebut pantai tersebut bak lautan gatal, karena tumpukan sampah yang tak terangkat.
Dalam laporan tersebut, Andrew menyoroti pembangunan pulau yang dikunjungi 1,3 juta wisatawan asing tersebut. Dia menyebut, usai kejadian bom Bali tahun 2002 dan 2005, pemerintah Bali menargetkan wisman dua kali lipat dari 1,3 juta. Ditambah lagi jutaan turis lokal setiap tahunnya.
Karenanya, para pengusaha pun melakukan pembangunan untuk menampung jutaan turis yang datang ke Pulau Dewata ini.
Andrew juga mewawancarai direktur marketing Asosiasi Hotel-Hotel di Bali, Ron Namura, yang menyebut bahwa pembangunan di Bali yang begitu cepat tidak ditunjang dengan infrastuktur yang memadai.
Dia mencontohkan sejumlah crane yang terlihat dari Pantai Kuta yang tengah membangun tiga mall dan hotel bintang lima. Akan tetapi, sejumlah fasilitas yang mendukung seperti jalanan dan tempat parkir sangat tidak memadai.
Untuk melengkapi laporannya, Andrew juga memajang foto Pantai Kuta dengan latar belakang crane yang tengah sibuk melakukan pembangunan. Apakah benar Bali sudah menjadi seperti neraka?
(uky)
Adalah Andrew Marshall yang menulis dan membuat judul ‘Holiday in Hell: Bali’s Ongoing Woes’. Dia menyoroti Bali yang dulunya dianggap surga para wisatawan asing, kini sudah tidak lagi.
Yang mengejutkan, Andrew yang mewawancarai penjaga pantai Kuta, Wayan Sumerta, menyebutkan bahwa Pantai Kuta sudah tercemar berbagai bakteri dan plankton yang membusuk akibat adanya pencemaran pantai.
“Bagi orang dengan kulit sensintif, mandi di Pantai Kuta selama 30 menit saja bisa menyebabkan alergi kulit,” tulis Andrew di majalah tersebut. Dia juga menyebut pantai tersebut bak lautan gatal, karena tumpukan sampah yang tak terangkat.
Dalam laporan tersebut, Andrew menyoroti pembangunan pulau yang dikunjungi 1,3 juta wisatawan asing tersebut. Dia menyebut, usai kejadian bom Bali tahun 2002 dan 2005, pemerintah Bali menargetkan wisman dua kali lipat dari 1,3 juta. Ditambah lagi jutaan turis lokal setiap tahunnya.
Karenanya, para pengusaha pun melakukan pembangunan untuk menampung jutaan turis yang datang ke Pulau Dewata ini.
Andrew juga mewawancarai direktur marketing Asosiasi Hotel-Hotel di Bali, Ron Namura, yang menyebut bahwa pembangunan di Bali yang begitu cepat tidak ditunjang dengan infrastuktur yang memadai.
Dia mencontohkan sejumlah crane yang terlihat dari Pantai Kuta yang tengah membangun tiga mall dan hotel bintang lima. Akan tetapi, sejumlah fasilitas yang mendukung seperti jalanan dan tempat parkir sangat tidak memadai.
Untuk melengkapi laporannya, Andrew juga memajang foto Pantai Kuta dengan latar belakang crane yang tengah sibuk melakukan pembangunan. Apakah benar Bali sudah menjadi seperti neraka?
Label: Informasi